buluh perindu
masih saja tergeletak
di tepi rahang
sedangkan
embun tak menepis
tetes di cucuran atap
masih saja
menelan asa
di kebisuan alam
tak mungkin
bila menerka
awan nan redup terang menata biang
hampa
waw menatap alif di ujung semu.
tanjungpinang,29 oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar