...SELAMAT DATANG DI RUANG BURUK INI.... KAWAN

Selasa, 07 Oktober 2014

-----Tumbuh-----

Bunga dan daun-daun berguguran
serupa dengan mimpi yang kupunya
Dalam rintik hujan
ia tersenyum indah,
karena ia becerita bukan tentang rindu yang basah,
namun ada kisah yang akan tumbuh
setelah hujan ini.
kita dipeluk pelangi,
disaat mekarnya rasa ini
biarkan ia indah pada waktunya
Menemukanmu,
------Tanjungpinang----,

Jumat, 03 Oktober 2014

Tiba dipenghujung

Aku menyebutnya, kerinduan
Aku menapak
dan meletakkan rasa ini
seperti sajak-sajak arumi
"Diamlah! Cinta adalah sebutir permata yang tak bisa kau lemparkan sembarangan seperti sebutir batu''


hakikatnya
Kita berjalan diatas jalur cinta, di ujung jalan kita akan bertemu kembali


----Tanjungpinang-----

Minggu, 21 September 2014

HI




Syarifah Sakinah



Nurlina



weny febriyanti



Widya






Indah




Zhie Warner



Tris Spetiani(ega)








Ratu Fika Dewi


Noviyanti Januwar


Cindy Angraeni



Nova Tri Damayanti



--- Setanak----

Aku di Kebun Kerinduan
menuai butiran-butiran tawa
lalu menanaknya menjadi
secawan cerita

diantara kita
embun berpelukan
menyiang waktu
menanti datangnya mentari

masihkah engkau di situ?

_____Tanjungpinang,-------

----Dikau------

Seteluk pulau terbelah
tampak dari belakang
mendetak-rentak pecah
itu dia pulau seberang

dah lenyap dah,
akh,
Aku baleklah,
tak nak menengok
laut yang saban hari terusik ombak

Pada dikau,
duduklah disitu,

--------Tanjungpinang______

------ ONINE------- My Way

Sekuning malam
di bawah tangga juma'at
menyapa ombak

lalu di kaki bintang
terlentang harap
yang mengecup pasrah

memanggil-manggil Aku
lalu berbisik
"Sudah lama kita tidak di situ

______Tanjungpinang-------

------ Gambar Bercerita------

Empat tajuk terbingkai dan
salah satunya terbilang langka
diantaranya Aku menyimpan dilemari kaca
dan saat itu
pelukisnya meminta kembali,

Untuk ?

_____Tanjungpinang---------

-----Nyamuk dalam Daun----

Di daun puisi
aku menetak huruf-huruf
lalu meremahnya di tanah bunda

Seperti engkau yang
menepak nyamuk
lalu membuang jauh
dengan kutukan
Sial

--------Tanjungpinang-----

------Sambut Jemari dan Genggam Aku-------

Katakan bintang
dan bulan
untuk utarakan rasa

pejamkan matamu
dan rasakan denting biola
yang membisikan telinga

sambut tanganku
dan jadilah engkau perempuanku

-------Tanjungpinang--------

Rabu, 10 September 2014

Aku Mendengar

-Untukmu yang mendengar- 

Aku dengar
Rindu itu memuncak lekas
lekas dipeluk ombak

Lalu hujan pun jatuh

Segulung angin pun mendesau-desau
didua insan
yang saling menegak bulan

Kita beradu
dalam hangatnya kerinduan, dibalik jendela

Kapankah masa itu akan tiba?

Lalu dimimpi, 
kita berada dipinggan kerinduan
meracik bumbu-bumbu cinta
lalu menanaknya menjadi sajian keluarga 

Diantara batas yang tak terhingga
aku dan kamu mewujudkannya itu.


Tanjungpinang-france 10/09/2014 

Jumat, 18 Oktober 2013

Karena RIndukan Awak

kembali lagi pada pagi sabtu yang sangat cerah, setelah melewati pertikaian air dan angin tadi malam. sedikit panas dan ditambah kicauan burung yang mendendangkan lagu "selamat pagi- kawan. Aku mendengar lolongan pemanggil waktu yang dari tadi siap menujah telinga, "jika ini sudah pagi, katanya.
Sepulang dari petang semalam, aku masih saja di tusuk-tusuk oleh rasa rindu. Rindu yang datang karena awak ini lah yang membuat aku tak tenang, sekejap saja sudah memberontak. Sangat begitu sadis penyakit merindu ini jika dikaitkan dengan penyakit lainnya lebih parah ini lagi yang kurasa.
Terdiam sejenak melepas kelelahan dari sekian waktu bergumpal dengan aktivitas sehari-hari(kerja), dikursi merah itu tempatnya di hadapan ruang tamu aku bersandar. Tiba-tiba saja handphone berbunyi, "nah, ada pesan yang sedikit sahaja bisa menjadi penawar dari rasa ini.semoga sahaja.


Karena Rindukan Awak.

karena Rindukan Awak

petang ini aku ingin menulis sepenggal cerita dari hati yang harus dikatakan. Gemuruh angin  saat ini penuh semangat, langit cerah bak lukisan alam yang penuh akan keindahan.
" seperti yang lalu, aku mencoba untuk memmbohongi hati dari pandangan mata yang selalu saja menggoda, terkadang ku anggap itu semua adalah sebuah penyakit yang mungkin saja bisa membunuhku secara perlahan-lahan. Berlari (walaupun hanya ditempat jadilah) untuk katakan tidak jika aku ini benar-benar telah dibunuh olehnya. Akh, aku muak terkurung dalam hati yang beombak bimbang melambai-lambai pantai yang tak pasti ia gapai, sejenak singgah lalu pergi ditinggalkannya (surut). sebenarnya ini juga mungkin bisa dikatakan sebagai hakikat yang harus kita hadapi juga, walaupun selalu di tusuk-tusuk oleh bayangannya.
mengapa ada rasa itu ketika aku lelah mencarinya, ? kenapa ketika saat semangatku hampir mencapai puncak gunung himalaya ia tidak datang? ," kemana saja?. " jangan pulak awak katakan ia ikut bersama Ayu Ting-ting mencari Alamat Palsu,.
"aku Tidak terima itu, sungguh menyakitkan hati.

mengapa begitu indah ianya hadir, menyusuri ruas-ruas rusukku, lalu ,melunakkan segala urat sayang."
"Karena RINDUKAN AWAK

banyak cerita yang ingin aku tuangkan kembali, tapi sabar dulu. ya..?

Senin, 01 Juli 2013

sajak kembali

Aku menulis sajak setengah harap dapat di baca dan di dengar oleh mu. Mungkin tampaknya agak sumbang di dengar. namun ku harus menuangkannya jua.

Telah tertulis rindu dibatu itu, nama yang kita rangkai berdua. Sembari mengeja kata demi kata, aku mulai mengenangnya. Sudah sepekan ianya terlukis indah, bak menawan hati.

sekejap lagi saya akan menulisnya, sebab saat ini ada tamu dari perancis datang. jadi. tunggu kejap ye.

HARI PUISI INDONESIA-SABDA BUNIAN-SUTARJI CALZOUM BAHCRI

Hari ini tepat tanggal 1 july 2013, kita melaksanakan kegiatan seperti semulanya. melanjutkan aktfitas-aktfitas yang tertinggal selama sepekan.
Seperti diwaktu lalu saya masih menceritakan tentang sabda bunian, nah kali ini juga masih sama dengan edisi yang berbeda.
Rabu, 26 juli 2013 yang lalu, kami mengikuti acara malam apresisiasi puisi nasional dan kemah budaya tepatnya di teluk bakau,trikora. Dalam acara ini juga turut hadir penyair atau presiden penyair Indonesia yaitu sutarji calzoum bahcri, tidak hanya itu pula penulis senior Martha sinaga dan rekan penyair muda lainnya.

Hari puisi Indonesia di peringati setiap tanggal 26 juli,mengapa di tetapkan hari puisi nasional pada tanggal tersebut?, tentunya rekan-rekan pembaca ingin tahu. Ya, sengaja penetapan hari puisi Indonesia atas kesepakatan berama penyair seluruh Indonesia berdasarkan tanggal lahir Chairil Anwar. Karena kita ketahui Charil Anwar adalah penulis puisi yang mempunyai banyak karya dan jasa nya kepada bangsa indonesia.
Kembali lagi pada peringatan tersebut, kami dari komunitas Sabda Bunian mendapat tempat untuk tampil pada acara malam Apresiasi Puisi Indonesia dan Kemah Budaya yang di laksanakan di kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Rasa yang sangat kagum dan gembira tidak terkata lagi, setelah mendengar kabar tersebut. Dan besar harapannya pula bisa nampil di hadapan Presiden Penyair Indonesia, yakni Sutarji Calzoum Bachri.


Kami hadir lebih awal sebelum acara dimulai, karena kami sudah mempersiapkan persembahan. Kami juga membawakan sajak yang kami angkat dari sejarah  legenda Kepulauan Riau yakni Jangoi. Dalam cerita ini mungkin pembaca sudah tahu bagaimana kisah si Jangoi. Hmz, namun tampaknya saya harus menceritakanya juga, bagaimana sejarahnya?, jom kite baca, Cekidot.

Ya, Jangoi adalah julukan untuk anak yang nakal, yang suka mengusik orang. Apalagi mengusik anak dara, tak perduli pagi, siang, petang ataupun malam. Di saat orang menjaring, Jangoi pun suka merusak jaring orang. Alkisah, adaaaa saja yang dikerjakan atau diganggunya.


Pernah juga orang-orang kampong merasa geram dan marah kepada Jangoi, hingga suatu ketika Jangoi ditangkap dan diikat di sebuah pohon. Tetapi entah bagaimana, eeh! Tahu-tahu si Jangoi lepas dari ikatan dan menghilang. Orang kampong pun jadi heran. Padahal ikatan di pohon itu begitu kuat, tapi ternyata si Jangoi dapat melepaskan diri.
Untuk beberapa hari, sejak Jangoi di tangkap dan menghilang,? keadaan kampong agak tenang. Tak pernah terdengar lagi soal si Jangoi yang suka mengganggu orang. Tapi ketentraman itu tidak lama. Rupanya entah dari mana, tahu-tahu si Jangoi muncul lagi. Kali ini kelakuannya lebih jahat. Tidak hanya suka mengganggu ataupun mengusik, tapi sengaja mengejar-ngejar anak-anak perempuan ataupun anak dara yang mau pergi atau pulang mengaji. Sehingga sebagian anak-anak dara ataupun anak-anak takut pergi untuk mengaji.
Malahan suatu ketika, pada suatu malam Jangoi bersembunyi pada sebuah pohon yang rimbun, ia memakai pakaian putih, layaknya mayat yang baru keluar dari lobang kubur. Entah mukena siapa yang dicurinya. Begitu orang-orang pulang dari surau dan melewati pokok rimbun itu, Jangoi pun keluar dengan melompat-lompat layaknya sebagai lembaga atau hantu. Maka berhamburan berlari-lari sambil berteriak-teriak ketakutan orang-orang itu, khususnya orang perempuan dan anak-anak. Penduduk setempat sangat marah! Maka dicarilah akal untuk menangkap si Jangoi. Orang-orang kampong sengaja mengintai dan mencari kelengahan Jangoi.
Alhasil, pada suatu ketika, dapatlah si Jangoi ditangkap oleh orang kampong. Beramai-ramai orang kampong itu mengarak si Jangoi. Kedua tangannya diikat ke belakang. Sesampainya di sebuah pohon yang besar, si Jangoi diikat. Sekali ini, si Jangoi tidak ditinggal begitu saja. Melainkan dijaga oleh orang dewasa. Jaganya bergantian. Pokoknya, istilah kata orang, tak boleh leke.
“Huh! Baru kau rasa sekarang, ya? Kau tak akan dapat lepas lagi, Jangoi. Kami jaga engkau berganti-ganti,” kata orang yang menjaganya.
Apa jawab si Jangoi?
“Kalau ada orang menjaga enak juga. Engkau orang jadi pengawal aku, si Jangoi!” Ejek Jangoi.
“Kurang ajar! Dasar anak bertuah!” kata si penjaganya dengan marah.
“Aku diikat, engkau orang menjaga. Engkau orang juga yang penat!” Ejek Jangoi lagi. Naik pitam juga orang yang menjaganya melihat perangai si Jangoi.
“Hei, dengar! Budak macam kau ni tak perlu dilayan!” Kata si Penjaganya dengan geram.
“Tak, layan sudah! Akupun tak rugi!” Jawab si Jangoi sambil ketawa-ketawa.
“Iiih ! Kalau bukan masih budak lagi, sudah aku lumat-lumatkan, engkau ni!” Begitu geramnya di Penjaga itu melihat perangai Jangoi. Adaaaa saja jawabnya. Maka si Penjaga itupun tak hendak melayan si Jangoi lagi.
Memang sungguh luar biasa, istilah kata orang, tak boleh leke. Padahal orang yang menjaganya betul-betul dan dijaga secara berganti-ganti. Tapi dalam sekelip mata, si Jangoi boleh hilang dari pokok tempat ia diikat. Para penjaga kalang-kabut mencari-cari, sampai kemerata tempat. Tapi si Jangoi hilang macam di telan bumi.
Akhirnya, orang-orang kampong jadi putus asa. Mereka tak tahu lagi bagaimana untuk mencari dan menangkap si Jangoi. Orang-orang kampong sangat khawatir kalau-kalau si Jangoi muncul lagi dan buat perangai yang lebih teruk. Dan betul saja, tak sampai sepekan si Jangoi pun muncul. Sekali ini bukan anak dara, anak-anak ataupun orang perempuan, melainkan orang-orang tua pun diusik dan ditakuti-takuti. Layaknya jadi macam orang minyak!
Suasana kampong betul-betul kelam-kabut dibuat ulah si Jangoi!. Maka akhirnya orang kampong berkumpul dengan dipimpin oleh Orang Tua di kampong itu.? Mereka bermusyawarah untuk mencari jalan keluar yang terbaik. “Wahai orang-orang kampong, nampaknya perangai si Jangoi, tak boleh kita diamkan begitu saja. Si Jangoi telah membuat kerusuhan di kampong kita ini!” kata? Orang Tua itu.
“Kalau dapat sekali ini, kita rejam saja, Tok!” ujar salah seorang penduduk.
“Tapi si Jangoi itu masih budak-budak? lagi, takkanlah hendak direjam pula!” kata penduduk yang lain.
“Memang masih budak-budak, tapi kelakuannya sudah melampau batas! Sudah membuat kampong kita ini kacau balau!” Kata salah seorang penduduk yang lainnya pula.
“Yang penting kita dapat menangkap dahulu budak yang bernama Jangoi itu. Bagaimana dan apa yang patutu kita buat, biarlah nanti kalau si Jangoi sudah tertangkap. Kita jangan biarkan lagi si Jangoi itu buat kerusuhan di kampong kita ini. Itu yang penting!” akhirnya Orang Tua yang memimpin musyawarah itu berkata.
Banyak orang kampong yang memburu dan hendak menangkap si Jangoi. Pada hari petang menjelang maghrib, si Jangoi mulai dengan perangainya mengusik orang yang akan pergi sembahyang. Maka serentak orang-orang kampong yang sudah bersiap sedia, langsung mengejar Jangoi.
Maka terjadilah kejar-mengejar, walaupun ramai orang yang memburunya, tak mudah untuk menangkap Jangoi. Jangoi pandai menggelecek, lari sana, sembunyi di sini. Badannya pun macam belut, licin. Payah di tangkap. Tetapi dengan usaha yang gigih dari orang-orang kampong, akhirnya Jangoi dapat tertangkap. Begitu jangoi dapat tertangkap, langsung diikat serta diapit oleh beberapa orang dewasa sehingga tak dapat lari. Langsung dibawa kehadapan Orang Tua.
“Hei Jangoi ! Aku hendak bertanya kepadamu. Jawablah dengan jujur ! Apa sebenarnya maksudmu suka mengganggu orang-orang kampong, hingga kelakuanmu seperti orang minyak!” Tanya Orang Tua. Tapi si Jangoi tidak menjawab, ia hanya tertawa-tawa saja. “Baiklah, kalau kamu tidak mau menjawab. Tapi beritahukan kepadaku, ilmu apa yang kamu pakai sehingga dapat melepaskan ikatan dan menghilangkan diri ,” Tanya lagi si Orang Tua dengan sabar.
Ternyata si Jangoi masih belum ingin menjawab, ia masih diam dan hanya tersenyum-senyum. Orang Tua itu pun hampir habis kesabarannya, tapi masih juga ditahannya. Lalu Orang Tua itu berkata lagi, “Sekarang jelaskan apa syaratnya supaya kamu tidak boleh melepaskan diri dan menghilang lagi!”
“Benarkah orang-orang kampong ingin menyingkirkan aku dari kampong ini?” Tiba-tiba si Jangoi bicara.
“Kamu budak yang sangat nakal, yang hilang sama sekali dari kampong ini!” ujar seorang penduduk dengan geram.
“Kalau kau tak mau memberi tahu syaratnya, tubuhmu akan kami bakar hidup-hidup!” kata orang? yang lainnya pula. Mendengar tubuhnya mau dibakar, si Jangoi ketakutan. “Jangan, jangan dibakar. Aku tidak akan mati, tapi akan sangat menderita ,” Ujar si Jangoi ketakutan.
“Kalau begitu katakanlah syaratnya!” Ujar Orang Tua di kampong itu.
“Baiklah! Jika orang-orang kampong sangat benci padaku, dan ingin melenyapkan aku, mudah saja. Syaratnya, pisahkan tubuhku menjadi tiga bahagian. Kepala, badan dan kaki.” Jelas Jangoi menerangkan.
Mendengar penjelasan dari si Jangoi, orang-orang kampong sangat terkejut. Terumanya si Orang Tua. Sungguhnya itu hanya ingin menakuti-nakuti. Tak akan tergamak atau sampai hati mereka untuk membakar si Jangoi hidup-hidup, apalagi harus memenggal tubuh si Jangoi menjadi tiga bahagian, kepala,badan serta kaki.
Melihat orang-orang kampong sangat terkejut dan sepertinya tak sampai hati untuk memenggal dirinya menjadi tiga bahagian, si Jangoi pun berkata, “Kenapa orang-orang menjadi ketakutan dan tak sampai hati untuk memenggal aku? Kalau tubuhku tidak dipisahkan, aku tidak akan mati dan aku akan terus mengacau!” Ujar si Jangoi.
Kata-katanya, betul-betul membuat orang kampong serba salah. Kalau tidak melakukan seperti apa kata si Jangoi. Kampong tidak akan aman. Tapi kalau melakukan syarat yang dikatakan oleh Jangoi, mereka juga tak sampai hati. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya si Jangoi di bunuh. Namun orang kampong tidak mengikut arahannya dari Jangoi untuk memisahkan ketiga bahagian tubuhnya.
Akhirnya, tak sampai seminggu si Jangoi bangkit dari kuburnya, dan hidup kembali, serta mengacau orang kampong lebih dahsyat. Si Jangoi betul-betul jadi macam orang minyak. Terpaksalah orang kampong mencari orang yang berilmu, orang pandai, untuk menangkap Jangoi. Setelah berusaha dengan keras, akhirnya si Jangoi dapat tertangkap.
“Wahai orang kampong sekaliannya, kita memang harus melakukan seperti arahan yang diberikan oleh si jangoi ini. Sebab itulah petuahnya, jika kita tidak melakukannya. Si Jangoi akan terus dengan perangkainya. Bahkan semakin hari, semakin jahat. Memang kita tak sampai hati, sebab si jangoi masih budak lagi. Demi kepentingan orang banyak, terpaksalah kita harus mengorbankan si Jangoi!” Demikian kata orang pandai itu dengan panjang lebar.
Akhirnya dengan perasaan serba salah, orang-orang kampongpun melakukan seperti apa yang dikatakan oleh Jangoi. Konon, kepala Jangoi di tanam di Pulau Los, badannya di tanam di Pulau Penyengat, sedangkan kakinya di tanam di Pulau Paku. Memang sungguh ajaib!
Sejak kejadian itu si Jangoi memang tak pernah muncul lagi. Kampong itupun kembali tentram seperti semula.
Oleh sebab itu, kalau ada anak nakal, selalu disebut orang,
Nah, nanti akan saye ceritakan kembali kisah penampilan sabda bunian yang lebih seru, untuk itu pembaca jangan kemana-mana dulu ya. Cekidot. HEHEHE